BIOTEKNLOGI GOLDEN RICE
Padi
Golden Rice
salah
satu contoh tanaman bioteknologi bidang pertanian adalah padi golden rice. Padi
merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas
utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak
mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada
tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari
jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini
dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan
kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan,
respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting
untuk pertumbuhan embrionik. Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang
dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas karena mengandung karotenoid.
Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice.
Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk
mensintesis karotenoid.
Golden Rice adalah kultivar (varietas) padi
transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena
(pro-vitamin A) pada bagian endospermanya. Kandungan beta-karotena ini
menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga sehingga kultivarnya
dinamakan ‘Golden Rice (‘Beras Emas’). Pada tipe liar (normal), endosperma padi
tidak menghasilkan beta-karotena dan akan berwarna putih hingga putih kusam. Di
dalam tubuh manusia, beta-karotena akan diubah menjadi vitamin A. Golden Rice
berawal dari sebuah keprihatinan. Di negara berkembang di Amerika Latin, Asia
dan Afrika, jutaan anak-anak terancam buta karena kekurangan vitamin A. Vitamin
A banyak terkandung dalam buah-buahan sayuran yang berwarna merah, kuning, dan
oranye. Misalnya pepaya, tomat, dan wortel. Masyarakat miskin tidak mampu
mengkonsumsi buah dan sayuran tersebut secara rutin demi memenuhi kebutuhan
vitamin A.
Jagung, beras, gandum, sorgum dan ubi jalar,
secara alami ada yang berwarnakuning, oranye, dan merah. Ini adalah produk
pangan massal dengan kandungan beta karotin tinggi, yang merupakan perkusor
dari vitamin A. Namun IngoPotrykus seorang pakar bioteknologi tumbuhan dari
Institute of Plant Sciences,Zurich, Swiss, punya ide lain. Ia ingin memasukkan
gen pembawa beta karotin kedalam tanaman padi, hingga beras yang dihasilkan
kaya akan vitamin A. Hasil rekayasa genetika padi Golden Rice dipublikasikan
dalam jurnal ilmiahScience pada tahun 2000. Tahun 2005, Ingo Potrykus kembali
mengumumkan penyempurnaan temuannya, yang kemudian diberi nama padi Golden Rice
2. Sejak publikasi tentang Golden Rice di jurnal Science, reaksi para
penentangnyasangat keras. Para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Green
Peace, palinglantang mengritisi padi Golden Rice. Padi Golden Rice, mereka
kategorikansebagai padi transgenik, yang akan merusak sumber plasma nutfah
alami,sementara manfaat langsungnya bagi kesehatan konsumen belum teruji dengan
baik Bagaimana rekayasa golden rice dilakukan, sehingga bijinya bisa mengandung
beta karoten dan berwarna oranye kekuningan?
Beta karoten adalah zat warna oranye
kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar
(prekusor) geranyl geranyl diphosphate (GGDP). Melalui jalur biosintesa, GGDP
akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi lycopene, dan selanjutnya
diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami, dalam biji padi sudah terdapat
GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta karoten. Perubahan dari GGDP menjadi
phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen
phy. Selanjutnya, gen crtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung
jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang
diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta karoten, yaitu lycopene cyclase
(LYC). Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari
tanaman daffodil (bunga narsis / bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga
padi mampu memproduksi beta karoten berwarna oranye kekuningan, yang kemudian
disebut sebagai golden rice.
Namun banyak juga kontroversi mengenai golden
rice ini. Beberapa pakar kesehatan malah memperkirakan, bahwa dampak negatif
beras emas bisa saja lebih berat, dibanding dengan kekurangan vitamin A yang
selama ini dikawatirkan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi beras emas, melainkan
juga semua komoditas pertanian transgenik. Jepang dan Uni Eropa, selama ini
paling kuat menentang masuknya produk-produk pertanian transgenik. Beda dengan
AS yang gencar melakukan produksi sekaligus promosi produk pertanian
transgenik, termasuk memasarkan benihnya. Yang terakhir ini juga dikawatirkan
oleh para penentang beras emas. Sebab hak kekayaan intelektual hasil rekayasa
genetika Ingo Potrykus ini, sudah dibeli oleh Monsanto. Yang akan terjadi
kemudian adalah, negara-negara miskin dan berkembang, justru akan membeli benih
padi Golden Rice dengan harga tinggi. Sementara manfaat langsung dari Golden
Rice belum terjadi. Para pengritik Golden Rice juga menunjukkan, bahwa bahaya
kekurangan vitamin A pada anak-anak negara miskin dan berkembang, bukan sekedar
memerlukan produk pangan massal berbeta karotin, melainkan karena distribusi
pendapatan yang tidak merata secara global. Kemiskinan yang terjadi di Amerika
Latin, Asia, dan Afrika, bukan karena kekurangan sumber daya alam, melainkan
karena adanya eksploitasi dari negara maju.
Sumber
:
Komentar
Posting Komentar