KURIKULUM BERDEFERNSIASI
KURIKULUM BERDEFERENSIASI UNTUK ANAK BERBAKAT
1. Pengertian kurikulum
berdiferensiasi dan kurikulum umum
Kurikulum merupakan metode menyusun
kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif,
efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua
pengalaman yang diperoleh di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang
membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan
untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka
kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam
minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi
setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa
harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh
anak.
Sedangkan,
kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat terutama mengacu pada peningkatan
kehidupan mental anak berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan
kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada
tingkat tinggi..Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction)
adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual
anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada
perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus
berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Kurikulum
berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar,
termasuk kelompok berbakat. Melalui program khusus,
Kurikulum berdiferensiasi dikembangkan
berdasarkan dari teori spesialisasi berlahan otak (hemisphere specialization), terutama bagi pengembangan
belahan otak kanan yang memerlukan rancangan pengalaman belajar untuk
pengembangan yang lebih optimal (Kitano & Kirby dalam Semiawan, C, 1992).
Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat bukanlan kurikulum bersifat mikro
ataupun berupa deskripsi aktivitas post-facto, melainkan suatu rancangan jangka
panjang dalam pengembangan pendidikan anak berbakat dengan konsiderasi terhadap
berbagai kondisinya (Semiawan, C, 1996).
2. Hakekat pembelajaran differensiasi
Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan berbakat
dilayani di dalam kelas regular. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum
yaitu:
1.
Prescribed Curriculum and Instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh
standard lokal dan tidak menyediakan
kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk berbakat.
2.
Teacher-Differentiated Curriculum. Guru memodifikasi kurikulum
yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk berbakat. Disini,
murid tidak hanya dipandang sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah
pembelajar aktif.
3.
Learner-Differentiated Curriculum. adalah level tertinggi dimana
murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”,
bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung
perkembangan self-discovery, self-esteem,
kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug
mengembangkan faktor sosial dan emosional murid.
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa
kegiatan, yaitu:
1)
Beragam cara agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka para
memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan
sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah
kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
2)
Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga dapat
mengerti dan memiliki informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar
untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan informasi
yang di-perlukan. harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara
individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto,
1996:72) :
o
berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh
keyakinan;
o
mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh
situasi pengetahuan;
o
merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru
kepadanya;
o
belajar dalam kelompok;
o
mencoba akan sendiri konsep-konsep tertentu;
o
mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan
nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
3)
Beragam pilihan dimana dapat mendemonstrasikan apa yang telah
mereka pelajari
Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar
menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya;
Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan
orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan
dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang
lain.
3.
Karakteristik Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum,
yaitu:
·
Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi
pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus
pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua dapat mengeksplorasi
konsep-konsep pokok bahan ajar. yang agak lambat (struggling learners) bisa
memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan
bagi para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.
·
Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar diakomodasi ke dalam
kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar harus dievaluasi untuk dijadikan
sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan
diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena
itu, tidak semua memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses
pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat
dengan memberikan dukungan bila membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan,
serta memperluas eksplorasi terutama bagi mereka yang sudah siap untuk
mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.
·
Ada pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi, berbakat sering belajar dengan
banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun
belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu dapat diberi
kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Contoh untuk strategi belajar-mengajar
berdasarkan kecepatan adalah pengajaran modul.
·
Menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar
(learning how to learn ). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar
penguasaan materi, melainkan harus belajar juga bagaimana belajar (secara
mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan
pembelajaran telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan
berani bereksperimen, sehingga tidak merasa terkekang dan potensi
kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna.
4.
Prinsip –prinsip pengajaran berdifferensiasi
a.
Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu
masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat
perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan
kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif.
b.
Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery
learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak
memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang
diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda.
c.
Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran
yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama,
menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua ,
memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran
antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
d.
Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks
mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata ,
sehingga mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat,
dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi.
e.
Prinsip Minat dan Kebutuhan
Minat merupakan suatu
sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah
sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan
merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar . Dengan demikian
dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam belajar, maka materi pembelajaran dan
cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
f.
Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment)
dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya
dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari
laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat
penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu
penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi,
wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik,
minat dan sebagainya.
5.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan
pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan
belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi.
Ø Materi pelajaran dapat
dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
·
Pemadatan materi pelajaran
·
Studi intradisipliner
·
Kajian mendalam
·
Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi
proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1. Mengembangkan kecakapan
berpikir.
2. Hubungan dalam dan
lintas disiplin
3. Studi mandiri
Ø Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong
untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam
beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk
memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta untuk menambah jumlah halaman
laporan dari suatu bab, guru bisa meminta untuk mensintesis pengetahuan yang
telah diperoleh.
1. Lingkungan Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan,
begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia).
Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau
membawa ke masyarakat.
2.
Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk
mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus
memastikan bahwa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan
penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan,
topik atau unit baru mata pelajaran.
6.
Cara pengembangan kurikulum berdiferensiasi
Menurut
Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan
kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan yang memungkinkan
keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam
ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri
sasaran-sasaran belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui
materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan
majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.
1. Kurikulum
berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
·
Menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak
berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang
kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
·
Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak
berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui
anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih
menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak
umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
·
Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami
pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau
pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik
sebaiknya dikurangi.
·
Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang
puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat
sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam
2.
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru
atau Khusus
Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang
benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak. Untuk
menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum
sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan mata
pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata pelajaran atau
materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian serangga, anak
dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan
sekolah.
2. Berorientasi dengan
proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar menekankan perkembangan
keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak
sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian
tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
3. Berpusat pada kegiatan
aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan anak secara
aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi
dan saling bertukar pikiran.
4. Penerapan tugas berakhir
terbuka. Dengan
asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas , tetapi
seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
5. Memungkinkan anak
memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya
menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami.2009.Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat.Jakarta : Rineka Cipta.
Semiawan, Conny R.2010.Kreativitas Keberbakatan : Mengapa, Apa, dan Bagaimana.Jakarta
: PT Indeks.
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/kurikulum-berdifferensiasi-untuk-anak-berbakat/
Komentar
Posting Komentar