TUGAS BAHASA INDONESIA I
Nama : Siti
Nadia Senen
Kelas : 1Pa06
Npm :
16515621
“Schizophernia”
Skizofrenia
adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak
manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan
yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Meskipun
definisi yang pasti tentang Schizophernia selalu
menjadi perdebatan para ahli, terdapat indikasi yang semakin nyata bahwa Schizophernia adalah sebuah gangguan
yang terjadi pada fungsi otak. Dalam buku The Broken Brain : The
Biological Revolution in Psychiatry yang ditulis oleh Dr.
Nancy Andreasen, dikatakan bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan Schizophernia merupakan suatu hal yang
melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur
fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Di
dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat
untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan
sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang
membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang
lain. Di dalam otak yang terserang Schizophernia,
terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.
Bagi
keluarga dengan penderita Schizophernia
di dalamnya, akan mengerti dengan jelas apa yang dialami penderita Schizophernia dengan membandingkan otak
dengan telepon. Pada orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan
normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna
tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya
melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita Schizophernia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang
dituju. Schizophernia terbentuk
secara bertahap dimana keluarga maupun penderita tidak menyadari ada sesuatu
yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang
perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi Schizophernia
yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini
bisa saja menjadi Schizophernia akut.
Periode Schizophernia akut adalah
gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran
(delusi), dan kegagalan berpikir.
Kadang
kala Schizophernia menyerang secara
tiba-tiba. Perubahan perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari
atau minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut
secara cepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak
juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan
didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat
berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalam lingkungannya.
Dalam
beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut Schizophernia
kronis. Penderita menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia
dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak
memiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri.
Para
Psikiater membedakan gejala serangan Schizophernia
menjadi 2, yaitu gejala positif dan negatif.
Gejala
positif
Halusinasi
selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita Schizophernia mungkin mendengar
suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami
suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu
penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan
menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya
melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
Penyesatan
pikiran (delusi) adalah kepercayaan
yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan
kenyataan. Misalnya, pada penderita Schizophernia,
lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah kuning hijau, dianggap sebagai
suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita Schizophernia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu
merasa sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang.
Kegagalan
berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita Schizophernia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.
Kebanyakan penderita tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.
Karena penderita Schizophernia tidak
mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak
bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan
ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita Schizophernia tertawa sendiri atau
berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya.
Semua
itu membuat penderita Schizophernia
tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti
apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia
berada, dan sebagainya.
Gejala
negatif
Penderita
Schizophernia kehilangan motivasi dan
apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat penderita
menjadi orang yang malas. Karena penderita Schizophernia
hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang
lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi penderita Schizophernia menjadi datar. Penderita Schizophernia tidak memiliki ekspresi
baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki
emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita Schizophernia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin
bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa
mengekspresikan perasaan mereka.
Depresi
yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian
dari hidup penderita Schizophernia.
Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina
hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi
adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di samping itu, perubahan otak secara
biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan
membuat penderita Schizophernia
menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
Dalam
beberapa kasus, Schizophernia
menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan
kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Schizophernia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis
kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita Schizophernia sebanyak 1 % dari jumlah
manusia yang ada di bumi.Schizophernia
tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan bantuan Psikiater dan
obat-obatan, Schizophernia dapat
dikontrol. Pemulihan memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan.
Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan
gejala selalu nampak dalam dua tahun pertama setelah penderita diobati, dan
berangsur-angsur menjadi jarang setelah lima tahun pengobatan. Pada umur yang
lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita Schizophernia yang diobati akan semakin baik, dosis obat yang
diberikan akan semakin berkurang, dan frekuensi pengobatan akan semakin jarang.
Pada
remaja perlu diperhatikan kepribadian prasakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan
berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid
yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain
serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau
tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis
yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa,
pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat
rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang
aneh dan inkoheren.. Tidak semua orang yang memiliki indikator pra-sakit pasti
berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk
munculnya gejala skizofrenia, misalnya stressor lingkungan dan faktor genetik.
Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stressor
psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis
obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga
dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Jenis
Skizofrenia Paranoid, Jenis skizofrenia
dimana penderitanya mengalami bayangan dan khayalan tentang penganiayaan dan
kontrol dari orang lain dan juga kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa
penderitanya itu lebih mampu dan lebih hebat dari orang lain. Skizofrenia Tak
Teratur Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan
kelainan di pikiran. Seseorang yang menderita skizofrenia sering menunjukkan
tanda tanda emosi dan ekspresi yang tidak sesuai untuk keadaan nya. Halusinasi
dan khayalan adalah gejala-gejala yang sering dialami untuk orang yang mederita
skizofrenia jenis ini.
Skizofrenia Katatonia Jenis skizofrenia yang
ditandai dengan berbagai gangguan motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan
pingsan. Orang yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala
negatif: postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin yang bisa di
pertahankan dalam kurun waktu yang panjang. Skizofrenia Tanpa Kriteria /
Golongan yang jelas Jenis skizofrenia dimana penderita penyakitnya memiliki
delusi, halusinasi dan perilaku tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria
untuk skizofrenia paranoid, tidak teratur, atau katatonik.
Skizofrenia
Residual Skizofrenia residual akan di diagnosis ketika setidaknya epsiode dari
salah satu dari empat jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi
skizofrenia ini tidak mempunyai satu pun gejala positif yang menonjol.
Penanganan dan Pengobatan Schizophernia
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu
menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu
memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan
obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi
psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita
skizofrenia.
Keluarga perlu mendukung serta memotivasi
penderita untuk sembuh. Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat
ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan
dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat
antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita
dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga
separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena
lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan
sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah
disbanding dengans neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini
pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.
Komunitas Peduli Schizofrenia Indonesia (KPSI) adalah sebuah komunitas
pendukung Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan keluarganya yang memfokuskan diri
pada kegiatan mempromosikan kesehatan mental bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Keberhasilan ODS dalam pemulihan sangat tergantung kepada pemahaman
keluarga tentang skizofrenia.
Komunitas
ini juga bertujuan memberikan informasi tentang skizofrenia yang tepat kepada
masyarakat guna memerangi stigma negatif terhadap ODS. Orang Dengan Skizofrenia
sama sekali tidak membahayakan, bahkan mereka sangat membutuhkan dukungan semua
orang. Dengan adaptasi yang tepat, mereka juga dapat bekerja dengan baik
seperti orang normal. Kegiatan penting yang dilakukan komunitas ini adalah
menterjemahkan swadaya atas artikel-artikel penting tentang skizofrenia dan
panduan-panduan keluarga. Kegiatan edukasi berupa kopi darat juga dilakukan
untuk saling berbagi pengalaman antar keluarga maupun narasumber. Rencananya
KPSI juga akan menerbitkan buku kisah sejati tentang dukungan keluarga.
Penggiat Komunitas Peduli Skizofrenia Bagus Utomo menyatakan salah satu terapi
efektif untuk para pengidap gangguan kejiwaan skizofrenia adalah melalui seni
lukis. Aliran lukisan penyandang skizofrenia adalah ekspresionis karena ada
deformasi sesuai keinginan yang menceritakan kepedihan hidup. Asyarakat akan
melihat banyak sekali pesan dan symbol di mana goresannya lebih kasar karena
memang bukan seniman. Ketika masyarakat memahami desain visual yang mereka
gambar maka bias mengambil dan memahami penderita skizofrenia.
Komentar
Posting Komentar