ANAK BERBAKAT
KURIKULUM BERDIFFERENSIASI UNTUK ANAK BERBAKAT
A.
Pengertian Kurikulum Berdiferensiasi
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum
yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh
kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation
instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan
atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti
pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid.
Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum
berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar,
termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan
memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
B.
Hakekat Pembelajaran Berdiferensiasi
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan
percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-ke-lemahan yang merugikan anak itu
sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi
(differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa
berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian
pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan
peng-ajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.
Kurikulum berdiferensiasi sangat penting
ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum
yaitu:
1. Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and
instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan tidak
menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk siswa berbakat.
2. Teacher-Differentiated
Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated
curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang
menarik dan menantang untuk siswa berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang
sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3. Learner-Differentiated Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated
curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai
“producers of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini
mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi.
Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial
dan emosional murid. (George Betts, 2004:190-191)
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru
menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a) Beragam cara agar siswa dapat mengeksplorasi
kurikulum.
b) Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal
sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide.
c) Beragam pilihan dimana siswa dapat
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
C. Karakteristik
Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat)
karakteristik umum, yaitu:
a) Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip
pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi,
pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga
semua siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. Siswa yang
agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari
konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas
pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.
b) Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar
siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar siswa harus
dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta
strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda
dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan
atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus
menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberikan dukungan bila
siswa membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi
siswa terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar
yang lebih menantang.
c) Ada pengelompokan siswa secara fleksibel.
Dalam
pengajaran berdiferen-siasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola,
seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam
kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi
kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk
belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu,
sedangkan bagi mereka yang kurang, akan
belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi
belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
d) Siswa menjadi penjelajah aktif (active
explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar
bagaimana belajar (learning how to learn ). Artinya, dikelas target
pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar
juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi
apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah di biasakan untuk berpikir
mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak
merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas
guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat
terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi. (Mukti dan Sayekti,
2003:37).
D. Prinsip-Prinsip Pengajaran Berdiferensiasi
a. Prinsip
Individualitas
Perbedaan individual merupa-kan salah satu
masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat
perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan
kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif
(Suryosubroto, 1997: 84).
Pengajaran individual bukanlah semata-mata
pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja
ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
b. Prinsip
Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu
proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama
dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan
tertentu berbeda. Siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil
yang baik.
c. Prinsip
Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif men-jadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk
menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau
metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik
minat dan dibutuhkan siswa; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat ,
memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
d. Prinsip
Latar/Konteks
Latar atau konteks mengan-dung arti bahwa
pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga
mendorong siswa membuat hubungan antara penge-tahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa.
e. Prinsip
Minat dan Kebutuhan Siswa
Minat merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan
oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang
menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Dengan demikian dalam ran gka
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara
penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
f. Prinsip
Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua
katagori yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya di-lakukan oleh guru
melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun
melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang
telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar
seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes
bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
g. Prinsip
Terpadu
Artinya penyelenggaraan pem-belajaran anak
berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai
perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
E. Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam
mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima
unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan
evaluasi (Howard, 1999, W einbrenner, 2001 dalam Mukti dan Sayekti, 2003).
a. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat
dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Pemadatan materi pelajaran
2. Studi
intradisipliner
3. Kajian mendalam
b. Proses. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan
oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain
dengan:
1. Mengembangkan kecakapan berpikir.
2. Hubungan dalam dan lintas disiplin
3. Studi mandiri
c. Produk. Dalam memodifikasi produk, guru dapat
mendorong siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau
dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun
kemampuan untuk memanipulasi ide.
d. Lingkungan Belajar. Lingkungan dan individu
terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu
seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan
dibentuk oleh individu (manusia).
e. Evaluasi. Memodifikasi evaluasi berarti
menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran
pada siswa berbakat.
F. Faktor-Faktor
yang Perlu Diper-hatikan dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Berdiferensiasi
(Differentiation Instruction )
1. Perpustakaan
2. Penyediaan alat pengajaran
3. Pengembangan program inde -pendent study.
4. Pengembangan program pe -nyuluhan dan
bimbingan.
5. Pengembangan team teaching.
SUMBER :
Suryosubroto,
B., (1997), Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar